Sumbawa Besar (Sumbawasatu.com)-
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumbawa mulai terjadi di tahun 2023 ini. Data Dinas Kesehatan (Dikes) setempat hingga 26 Januari, tercatat sebanyak 71 warga terkena penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
“Untuk kasus DBD Kabupaten Sumbawa bulan Januari ini sendiri sudah ada 71 kasus, tidak ada kematian,” kata Kepala Dikes Sumbawa melalui Kabid P3PL, H. Sarip Hidayat, S.Km., M.Ph kepada wartawan belum lama ini.
Menurutnya, jumlah kasus mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada bulan yang sama. Pada Januari 2022 lalu, tercatat sebanyak 45 kasus. “Terjadi peningkatan. Kalau data tahun 2022, bulan Januari ada 45 kasus. Dan ini sudah 71 kasus di tanggal 26 Januari 2023,” terangnya.
Kasus tersebut, dominan terjadi di wilayah kota seperti di Kecamatan Sumbawa, Unter Iwes dan Labuhan Badas. “Memang dari tahun ke tahun dari data yang muncul itu dominan wilayah dalam kota, tiga kecamatan ini,” ungkapnya.
Hal ini karena tiga wilayah tersebut padat penduduk. Lebih padat penduduk pasti akan banyak sampah yang dibuang sembarangan dan menjadi tempat tertampung air tidak bersih. Sehingga memudahkan nyamuk penyebab DBD berkembang biak. “Jadi Aedes aegypti ini dia penyakit berbasis lingkungan. Dia bisa berkembang di tempat penampungan air. Artinya penting kebersihan lingkungan,” jelasnya.
Terhadap kasus yang terjadi, dari hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE), pihaknya sudah melakukan fogging di sejumlah tempat. Fogging sendiri dilakukan untuk membasmi nyamuk dewasa. Namun tidak bisa membunuh jentik nyamuk. Karenanya, perlu upaya antisipasi melalui PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Terkait imbauan PSN, sudah ada surat edaran Bupati pada akhir tahun 2022 disampaikan kepada pemerintah desa, kecamatan. Selain itu, internal Dinas Kesehatan juga sudah menyampaikan kepada UPT supaya melakukan sosialisasi menggunakan puskesmas keliling mengimbau masyarakat. “Jadi upaya antisipasi yang sudah kita lakukan itu selain adanya surat edaran bupati akhir tahun kemarin ke pemerintah desa, kecamatan untuk dilakukan PSN, kita juga internal Dinas Kesehatan ke UPT supaya melakukan sosialisasi menggunakan puskesmas keliling mengimbau masyarakat melakukan PSN,” sebutnya.
Pihaknya berharap, masyarakat dapat menjaga lingkungan dengan melakukan PSN. Sebab, melihat trend kasus DBD tiga tahun terakhir, puncaknya terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret. Saat hujan tidak turun secara terus menerus. “Kalau kita melihat trend kasus DBD ini kan puncaknya selalu di bulan Januari, Februari dan Maret dari tiga tahun terakhir. Dan memang puncak DBD bukan berada pada puncak curah hujan. Puncaknya berada pada saat kondisi hujan sekali, hilang hujan seminggu. Hujan lagi atau hilang dua Minggu. Nah disitulah saat tempat berkembang nyamuk. Tetapi kalau turun hujan terus terus, dia tidak bisa berkembang nyamuknya,” pungkasnya.(SS)