Sumbawa Besar (Sumbawasatu.com)-
Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) terdiri berusia 10 tahun. Keberadaan Kampus Elang—sebutan perguruan tinggi yang berlokasi di kaki Bukit Olat Maras ini semakin dikenal oleh masyarakat. Selain popularitasnya semakin tinggi juga kontribusinya terhadap masyarakat dan daerah.
Hal ini membuat Olat Maras Institute (OMI) tertarik untuk melakukan survey. Survei telah dilaksanakan pada tanggal 1-6 Desember 2022 lalu dengan melibatkan beberapa tim interviewer.
Penanggung Jawab Survei, Joni Firmansyah, M.IP memaparkan hasil survey OMI saat momen buka puasa bersama UTS dan wartawan di Sumbawa, Rabu (12/4) kemarin.
Di hadapan Rektor UTS, Chairul Hudaya Ph.D, Ketua PWI, Zainuddin, Ketua SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) Jamhur Husain dan Koordinator IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) Sumbawa, Hendri, Joni menyampaikan bahwa survei ini bertujuan untuk mengetahui opini masyarakat Kabupaten Sumbawa terhadap kehadiran UTS di tengah mereka. Beberapa item yang akan dinilai adalah terkait aktivitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (Tri Dharma) secara umum. Margin of Error di dalam survei ini sebesar 5% dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat heterogenitas 0,3 persen.
Populasi berjumlah 337.545 jiwa dengan kualifikasi usia di atas 17 tahun dan dinilai layak dalam menentukan pilihan. Metode Persebaran Metode persebaran sampel menggunakan Multistage Random Sampling atau tahapan turunan sampel dari tingkat kecamatan hingga desa. Terdapat sampel/responden sejumlah 400 orang. Kecamatan dan Desa yang memiliki penduduk terbanyak mendapatkan responden lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Jumlah persebaran didasarkan oleh persentase sebaran masyarakat tiap kecamatan dan desa.
Dalam survey ini ungkap Joni, yang mengetahui keberadaan UTS sebagai lembaga pendidikan tinggi mencapai 83%. Sedangkan yang tidak mengetahui sekitar 17%. Rata-rata masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan UTS adalah yang berprofesi sebagai petani dan ibu rumah tangga. Mereka tersebar Alas Barat, Alas, Buer, Utan, Lopok dan Empang. Namun, angka 17% ini perlu untuk disikapi dengan menggencarkan kembali agenda tri dharma di tengah masyarakat.
Sedangkan masyarakat Sumbawa yang menganggap bahwa mereka cukup dekat dengan UTS mencapai 44,3%. Sebab kerabatnya berkuliah di UTS, dan di antaranya juga bekerja sebagai dosen dan staf. Maka, kehadiran UTS menjadi kebaikan untuk membuka lapangan pekerjaan dan pusat pendidikan bagi masyarakat Sumbawa.
Kemudian masyarakat Sumbawa yang menilai bahwa kehadiran UTS akan mempermudah kerabat atau keluarga untuk berkuliah di dalam daerah, tanpa harus ke luar daerah, mencapai 94,3%. Ada beberapa persen saja yang tidak setuju karena menilai ada beberapa jurusan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka sehingga tetap perlu ke luar daerah untuk melanjutkan studi.
Popularitas UTS juga banyak diketahui masyarakat, mencapai 87 persen. Angka 17% yang tidak mengetahui patut untuk dijadikan sebagai target sosialisasi. Dalam hal ini, tim pengabdian, riset, humas dan PMB dapat memaksimalkan perannya agar UTS dapat diketahui lebih luas lagi.
“Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa UTS dekat dengan mereka dengan beberapa indikator yang disebutkan sebelumnya. Peluang UTS Beberapa masyarakat memilih berkuliah di luar daerah, lantaran prodi yang mereka inginkan tidak tersedia di UTS. Kondisi ini dapat menjadi peluang tim PMB untuk melakukan kalkulasi terkait prodi-prodi yang menarik untuk dibuka di UTS,” jelas Joni. (SS/*)