Sumbawa Besar (Sumbawa satu.com)-
Ditengah euforia tanaman jagung di beberapa tempat Kabupaten Sumbawa bahkan juga di Desa Batudulang yang juga hulu dari sumber air PDAM Sumbawa, kini masyarakat Batudulang punya harapan baru. Tanaman yang selama ini belum akrab dengan masyarakat Batudulang akan tetapi memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi.
Tanaman Petai atau nama latinnya Parkia speciosa Hassk. Tanaman ini punya akar yang dalam dan tingginya hingga 20 meter. Tanaman ini bukan merupakan tanaman endemik Sumbawa. Baru sebagian kecil masyarakat Desa Batudulang yang menanam tanaman ini akan tetapi hasil produksi panen tahun ini, habis dalam waktu sekejap dari petani yang kurang lebih 5 orang petani Batudulang.
Hal tersebut dirasakan oleh Junaidi Zain, Pak Jun panggilannya. Pak Jun hanya memiliki 1 pohon dimana tahun ini pertama kali dipanen. Menurutnya, pohon yang pertama panen telah menghasilkan 1 – 2 juta rupiah. “Dua minggu lagi saya akan panen kembali,” ujarnya merasa senang dengan tanaman ini.
Bahkan, beberapa orang petani sudah mulai ingin menanaman tanaman ini. Menurut Pak Jun harga 3 papan (tiga lonjor atau tangkai buah Petai) dihargai Rp. 10 ribu bahkan ada yang menawar satu papan buah Petai 4 ribu rupiah.
“Jika kita punya 10 pohon saja yang berbuah, maka sekali panen bisa menghasilkan 10 juta rupiah,” ujarnya.
Tentu ini bertolak belakang dari upaya penanaman Jagung di Desa Batudulang, yang telah marak 3 tahun terakhir.
Tidak saja Pak Jun yang memiliki pohon Petai tetapi ada Pak Bakri, Rahmad, Sulihin dan lain lain. Pak Bakri telah lebih awal menanam dan telah panen beberapa tahun.
Tentu ini peluang ekonomi bagi masyarakat. Pihak KPH Batulanteh, telah mulai menjadikan bibit Petani sebagai salah satu bibit tanaman produktif yang dibagikan untuk masyarakat.
Secara umum Petani dapat panen setahun 2 kali, yakni April-Mei serta Oktober-November.
Kini masyarakat Desa Batudulang tidak saja telah memanen Duren, Avokad, Kemiri dan Kopi tetapi juga ada Tanaman Petai sebagai harapan baru masyarakat.(R)