Di sebuah pagi, sekelompok anak berseragam merah-putih tampak berlarian di sebuah gang sempit di Dusun Kauman, Desa Labuhan Sumbawa, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, NTB. Suara mengembik seekor kambing yang diikat di atas sebuah motor yang melaju menambah riuh suasana pagi di gang itu. Di sebuah rumah panggung kecil cat warna hijau, sebuah mobil tua warna telur asin terparkir di depannya. Seorang lelaki paruh baya berkepala pelontos mengenakan kain sarung menyambut wartawan koran ini.
Dia adalah Fajar Rachmat, Direktur di sebuah perusahaan media massa. Yang membuat penulis ingin mengangkat sisi lain kehidupan dari wartawan satu ini, karena perjalanannya dalam dunia jurnalistik cukup unik dan mungkin bisa menginspirasi.
Kiprahnya dimulai dari seorang loper atau pengantar koran. Sekitar tahun 2000an awal, Fajar pernah menjadi pengantar koran. “Biasanya loper itu mengendarai sepeda motor atau minimal sepeda dayung. Yang menarik, saat itu saya menjadi loper koran, mengantar koran dari rumah ke rumah pelanggan, tapi tidak punya sepeda motor. Saya jalan kaki,’’ ujar suami dari Susanti, Kepala SDN Luk ini, mengenang masa-masa sulitnya.
Beruntung jika bertemu temannya bawa motor bisa dipinjam. “Kebetulan di rumah saya di Gontar, Kecamatan Alas Barat waktu itu sering datang teman-teman latihan main catur. Nah, main catur kan lama, jadi motornya bisa saya pinjam untuk ngantar koran,’’ ujarnya sambil tertawa terkekeh.
Sambil menjadi loper itulah, ayah dari tiga orang anak ini belajar menulis dengan wartawan NTB POST Biro Sumbawa Barat yakni Agus Sudono (Alm). Beberapa kali tulisan hasil liputannya di sekitar Kecamatan Alas dimuat di NTB POST dengan menggunakan kode “don” nama Agus Sudono. ‘’Makanya sampai sekarang redaksi NTB POST itu tidak pernah mengenal nama Fajar Rachmat,’’ ungkapnya geli.
Hingga suatu saat, seseorang bernama Dian Kurniawan, wartawan KORAN BERITA Biro Sumbawa mencari wartawan. Agus Sudono kemudian mengenalkan Dian Kurniawan dengan Fajar Rachmat. Setelah bersepakat, Fajar mulai menulis di Koran Berita yang saat itu dipimpin oleh Muhammad Ikhsan Karyawan Amin. Nama Fajar Rachmat pun tertulis dalam Box Redaksi KORAN BERITA sebagai wartawan Biro Sumbawa bersama Dian Kurniawan sebagai Kepala Biro.
Tidak lama, badai menghantam manajemen KORAN BERITA hingga akhirnya tutup. Tidak lama menganggur, seorang dedengkot wartawan Kabupaten Sumbawa Abet Kamaruddin kemudian meminta Fajar untuk mencoba melamar ke Lombok Post. ‘’Coba kirim contoh tulisannya ujar Bang Abet kala itu,’’ ungkapnya.
Setelah melalui seleksi ketat di redaksi Lombok Post, akhirnya Fajar Rachmat diterima di koran pertama dan terbesar di NTB itu. Saat itu Pemimpin Redaksi Lombok Post adalah H. Abdussyukur.
‘’Ada banyak teman yang tidak percaya awalnya. Karena biasanya koran Lombok Post itu biasanya hanya merekrut wartawan dari nol. Alias masih fresh. Tidak mau merekrut wartawan yang sudah jadi. Tapi seperti itulah kenyataannya,’’ kata Ayah dari Nisrina Qatrunnada Fajar (22), Zikri Aulia Ghifari Fajar (20) dan Ghina Kardea Fajar (11) ini.
Menurutnya, menjadi bagian dari keluarga redaksi Lombok Post adalah ledakan besar perubahan dalam hidupnya. Khususnya dalam hal pengetahuan tulis menulis berita. ‘’Yang berperan besar dalam kemampuan saya menulis adalah Bang Sarwon al Khan dan Dominikus Umbu Pati. Selain itu Bang Saptoto dan Bang Kopong Gana (Alm) juga mewarnai gaya tulisan saya,” ujarnya.
Tercatat keempat nama yang disebutkan itu pernah menjadi pendekar-pendekar di koran Lombok Post.
Setelah malang melintang di Lombok Post, pada 2012, Lombok Post membuat anak perusahaan di Sumbawa. Lahirlah koran terbesar di Pulau Sumbawa yakni Radar Sumbawa. H. Alam Basri, mantan Pimred Lombok Post dan beberapa nama diminta membidani kelahiran Radar Sumbawa. H. Alam didampingi H. Muhammad alias H. Jack, Saptoto dan Alpink Alkaf.
Selain itu seluruh Biro Lombok Post di Pulau sumbawa dialihkan ke Radar Sumbawa. Ada Indra Gunawan dari Bima, H.Abdul Muis di Dompu, Abet Kamaruddin Sumbawa dan Abdul Faruk dari Sumbawa Barat. Fajar sendiri tentunya yang sebelumnya bertugas di Mataram diminta pulang untuk bergabung dengan Radar Sumbawa. Mesin cetak koran pun didatangkan dari Mataram. ‘’Yang namanya merintis tentu tidak mudah. Berat. Banyak suka-duka kami lalui,’’ ujarnya.
Tentu tidak cukup waktu dan tempat untuk menuliskan di sini. Hingga menempati posisi puncak di keredaksian sebagai Pemimpin Redaksi Radar Sumbawa, kini Fajar Rachmat menempati posisi Direktur di Radar Sumbawa. Dalam organisasi perusahaan media, Fajar menjabat sebagai Wakil Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Wawasan dan pergaulannya yang luas membawanya mengenal banyak pejabat daerah dan pusat. Bahkan sekelas Dr. Zulkieflimansyah dan Fahri Hamzah, dua anggota DPR RI. Seorang sahabatnya Poetra Adi Soerjo, berperan besar mengenalkannya dengan Fahri Hamzah dan sejumlah anggota DPR RI.
Bahkan Fajar melakukan liputan ke luar negeri meliput kegiatan pimpinan dan anggota DPR RI. Untuk ukuran Provinsi NTB, mungkin baru Fajar Rachmat yang pernah melakukan liputan ke Paris, Prancis hingga Cape Town di Afrika Selatan. Selain itu ke beberapa negara Asia juga sudah pernah.
“Publik mengenal anda sebagai jurnalis yang mempunyai jiwa sosial cukup tinggi. Khususnya membantu pengobatan orang yang sakit. Anda banyak uang?”
“Hahahaha.. Apa sih yang dimiliki seorang wartawan? Tak ada yang lebih berharga dari integritas. Integritas yang dibangun dari kejujuran dan keadilan dalam menulis berita dan dalam kehidupan sehari-hari,’’ jawabnya,
Lalu bagaimana anda bisa membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan itu?
“Kita tidak punya uang. Tapi kita wartawan punya kemampuan untuk menggerakkan orang-orang agar mau memberikan bantuannya. Saya ‘todong’ aja para pejabat itu. Mulai dari pengusaha, kepala dinas, bupati, anggota DPRD bahkan sampai anggota DPR RI. Tentu mereka malu lah kalau gak ngasi (bantuan). Nah nama-nama mereka yang nyumbang kita umumkan di koran dan media sosial. Sehingga setiap rupiah bantuan mereka bisa dipertanggungjawabkan,’’ tegasnya.
Di dalam media sosialnya, Fajar tampak membagikan foto saat membantu seorang balita asal Desa Batu Bulan, Kecamatan Moyo Hulu yang menderita tumor mata ke RS Soetomo Surabaya. Kemudian ada juga status saat membantu seorang siswi SMPN 1 Sumbawa penderita penyakit Lupus dan gagal ginjal selama berobat di RS Sanglah, Bali. Membantu seorang anak yang menderita tanpa lubang anus dari Desa Bangkong, Kecamatan Badas.
Membantu meringankan biaya korban pembacokan di Kecamatan Rhee. Ada juga membantu warga Desa Marente Kecamatan Alas penderita Jantung ke RS Sanglah, Bali. Juga membantu pengobatan warga Desa Kalimango, Kec Alas penderita kanker payudara selama di RSUP Mataram. Pernah juga membangun sebuah bangunan untuk dijadikan rumah bagi seorang kakek di Desa Tengah Kecamatan Utan.
‘’Semua itu berkat donatur, dermawan, hamba Allah yang pemurah. Hanya saja mereka sampaikan lewat saya. Biasanya saya hanya pancing dengan sumbangan Rp 100 ribu. Ketika pejabat saya minta nyumbang, biasanya mereka malu kalau nyumbang di bawah 100 ribu,’’ ujarnya ketawa terkekeh.
Fajar memang sosok yang Peduli. Jika melihat warga yang butuh bantuan, dia bergerak mengumpulkan donasi. “Makanya kalau kita semua punya rasa PEDULI dengan sesama, insyaAllah tidak ada orang yang menderita. Hanya saja sekarang ini rasa peduli orang-orang ketika melihat orang yang menderita, hanya sebatas iba dan ucapan kasihan di media sosial. Tidak diiringi dengan gerakan nyata untuk membantu,’’ katanya.
Selain itu, Fajar Senang berbagi ilmu. Sering mendapat undangan dari SMA/SMK hingga perguruan tinggi untuk memberikan pelatihan jurnalistik. Juga dari lembaga swasta hingga lembaga pemerintahan. Dibayar mahal? “Tidak. Sering hanya dikasi roti wafer dan coklat. Tidak pakai ‘amplop’. Ilmu itu kalau dibagi tidak akan berkurang. Bahkan makin bertambah,’’ ujarnya.
Lima tahun terakhir anda menjadi stafsus Dr.Zulkieflimansyah?
‘’Pertama kali mengenal Dr. Zul, saya cukup takjub. Hebat juga orang ini. Orang Sumbawa menjadi anggota DPR RI tapi mewakili masyarakat Banten. Bukan karena dipilih oleh masyarakat di kampungnya. Bukan sekali dua kali. Tetapi tiga kali dipercaya oleh masyarakat Banten sebagai wakilnya di Senayan Jakarta. Bahkan pernah nyaris menjadi calon Gubernur Banten bersama Calon Wakilnya aktris Marissa Haque. Hampir jadi. Kalah tipis dengan Ratu Atut. “Doktor Zul itu Sowal (pemberani) bahasa Sumbawanya,’’ kata Fajar mengenang perkenalannya dengan Zulkieflimansyah.
Terakhir pada 2018 Dr. Zul pulang ke NTB dan menjadi Gubernur NTB bersama Dr. Hj. Sitti Roohmi Djalillah sebagai Wakil Gubernur. Sejak saat itu, Doktor Zul mengajak Fajar menjadi Stafsusnya. ‘’Banyak suka dan duka menjadi stafsus seorang Dr.Zul,’’ katanya.
Kok bisa ada dukanya? “Ya iyalah, karena menjadi stafsus, maka saya anggap sebagian wajah saya ini adalah wajah pimpinan Saya. Tentu Saya harus menjaga sikap, tingkah laku Saya sehari-hari. Bahkan perkataan dan ucapan hingga status saya di media sosial harus saya jaga. Jangan sampai apa yang saya ucapkan dan saya tulis bertolak belakang dengan karakter pimpinan saya. Menjaga nama baik Dr. Zul sebagai pimpinan saya Itu yang paling berat,’’ ujarnya.
Selama menjadi orang dekat seorang gubernur, apa yang pernah anda lakukan untuk masyarakat?
‘’Mungkin tidak banyak orang yang tahu, bahwa saya punya andil besar dalam mewujudkan pekerjaan jalan dari ujung aspal Orong Telu ke Batu Rotok. Itu saya punya ide. Ceritanya panjang. Kepala Desa Batu Rotok saat ini (Edi Wijaya Kusumah) tahu betul bagaimana perjuangannya. Perjuangannya tidak mudah. Karena ruas jalan itu sebenarnya adalah wewenang pemerintah kabupaten. Tapi Gubernur NTB Zulkieflimansyah saat itu komit membantu bagaimanapun caranya,’’ ungkapnya.
Setelah melalui birokrasi yang berliku-liku, akhirnya Pemprov NTB berhasil menganggarkan anggaran sebesar Rp 17 miliar untuk membuat jalan Orong Telu-Batu Rotok.
Fajar mengungkapkan, suatu malam nongkrong sambil ngopi di Desa Pukat Kecamatan Utan. Seorang warga menceritakan penderitaan warga Dusun Jerongko Dalam karena kesulitan air bersih. Dirinya hanya terdiam. Namun otaknya berpikir. Dengan seizin Gubernur Zul saat itu, Fajar menghubungi teman dan sahabat di Dinas terkait di Provinsi. Akhirnya dapat. ‘’Saat ini proyek sumur bor nya sedang berjalan. Semoga masyarakat Jerongko bisa menjaganya agar tidak kesulitan air bersih lagi,’’ harapnya.
Diungkapkan lagi, dirinya memperjuangkan mendapatkan program bedah rumah dari Provinsi. ‘’Ada 16 rumah tidak layak huni yang tersebar di Kecamatan Alas Barat, Kecamatan Alas, Kecamatan Buer dan Kecamatan Utan yang kita bantu tahun 2023 ini. Semoga Pemprov NTB memprogramkan lagi tahun tahun mendatang. Karena masih banyak masyarakat yang tinggal di rumah yang tidak layak huni,’’ ujarnya.
Kabarnya anda menjadi Calon anggota DPRD Kabupaten Sumbawa dari Partai PKS nomor urut 1, bagaimana ceritanya?
“Dr Zul adalah salah satu pimpinan DPP PKS. Beliau Ketua Dewan Pembina Kepala Daerah asal PKS. Mungkin selama saya bersama beliau, beliau juga memperhatikan gerak-gerik saya,’’ ujarnya.
“Mungkin beliau menilai saya bersama 10 teman saya yang lain mampu untuk meningkatkan elektoral PKS di Dapil Sumbawa 5 (Kecamatan Alas Barat, Kecamatan Alas, Kecamatan Buer, Kecamatan Utan, dan Kecamatan Rhee). Untuk diketahui, Fajar Rachmat menempati nomor urut 1 Caleg PKS di Dapil Sumbawa 5.
Dengan menjadi wartawan Anda sudah berkeliling Eropa, Afrika dan Asia. Kenal banyak pejabat di provinsi hingga pusat. Kenapa ingin menjadi Anggota DPRD Kabupaten Sumbawa?
‘’Saya ingin bisa lebih bermanfaat bagi banyak orang. Bermanfaat bagi masyarakat di Dapil Saya dan masyarakat Kabupaten Sumbawa umumnya. Jika selama ini saya membantu masyarakat hanya melalui berita-berita, dan harus main todong dulu, tapi kalau kita punya jabatan nanti kan bisa langsung eksekusi sendiri bantuannya. Tak perlu main todong-todong lagi. Jika punya jabatan bisa membantu masyarakat dengan kebijakan atau regulasi-regulasi. Itu yang lebih besar,’’ pungkasnya.(SS/*)