Sumbawa Besar (Sumbawasatu.com)
Pemkab Sumbawa melalui Dinas Pertanian (Distan) menargetkan 57.275 hektare luas areal tanaman padi pada musim hujan tahun 2024.
Dari target tersebut baru terealisasi 13.539 hektar atau sebesar 23,64%. Demikian disampaikan Sekretaris Dinas Pertanian, Isnaini saat ditemui Rabu, 24 Januari 2024.
Dijelaskannya, masih banyak petani belum bisa menanam meskipun sudah menyemai benih. Proses penanaman masih menunggu instruksi dari petugas pengairan di lapangan.
“Curah hujan masih belum merata pada awal musim hujan Desember 2023 hingga Januari 2024, sehingga petani belum bisa lakukan penanaman padi,” kata Isnaini.
Ia menyebutkan, saat ini irigasi teknis (bendungan dan waduk) menunggu standar elevasi debit air sehingga petani menunggu pembagian air untuk menanam padi maupun jagung.
Berdasarkan jenis pengairan pertanian padi dibagi menjadi tiga yaitu sawah irigasi, tadah hujan dan pasang surut.
“Kita bisa maklumi target belum maksimal karena memang petani kita menunggu air bendungan optimal untuk irigasi. Sedangkan tadah hujan dan pasang surut menunggu hujan turun,” jelasnya.
Sedangkan untuk tanaman jagung sambungnya, pada musim hujan kali ini dari target areal tanam 79.482 hektar baru realisasi sebesar 43.178 hektar atau realisasi sebesar 54,32%.
Berdasarkan perkiraan BMKG pada Desember sampai Januari baru memasuki awal musim hujan sehingga curah hujan masih belum merata dan puncaknya pada bulan Februari.
“Kita semua berharap intensitas hujan lebih tinggi lagi agar petani bisa melakukan percepatan penanaman,” harapnya.
Ia meminta petugas di lapangan mengkoordinasikan dan melihat kesiapan air irigasi, persiapan lahan infrastruktur, jaringan irigasi, obat-obatan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem dan serangan hama. Selain itu, varietas padi yang ditanam petani harus sesuai dengan kondisi cuaca. Hal itu sebagai mitigasi yang bisa dilakukan untuk membantu petani.
Sebagai langkah antisipasi dampak cuaca ekstrem karena El Nino, melalui petugas di lapangan pihaknya tetap menghimbau agar petani mengatur pola tanam.
Hal itu karena cuaca seperti ini terjadi hampir di seluruh dunia dan tentu mengakibatkan keterlambatan musim tanam.
Isnaini mengatakan petani yang sudah meminjam modal di bank diharapkan bisa membuat asuransi usaha tani padi dan kartu tani. Mengingat kondisi cuaca tidak menentu sehingga ada jaminan ke depan.
“Kita berharap petani yang ada di wilayah endemik penyakit, wilayah kekurangan air, kerap banjir dan kekeringan untuk bisa mengakses asuransi padi,” pinta Isnaini.
Asuransi ini diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2015, memberikan ganti rugi minimal 70 persen bagi petani yang mengalami kerusakan pada tanaman padinya.
Program ini dikelola oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), dengan premi sekitar Rp36.000,- per hektare, setelah subsidi pemerintah.
Ia menambahkan bahwa klaim dapat diajukan dalam 14 hari pasca pelaporan kejadian dan proses pencairan melalui transfer ke rekening petani.
Harapannya semoga intensitas curah hujan kembali normal agar petani bisa melakukan percepatan pola tanam.(ind/*)